Tidak lama lagi, tanggal 17 Agustus nanti, negara ini genap berusia 63 tahun. Usia yang sudah cukup lanjut. Pada usia seperti itu, biasanya orang sudah memantapkan diri untuk menjadi pribadi yang bijaksana. Sudah terlalu kenyang dengan pengalaman hidup. Tapi, bisa kah usia menjadi tolok ukur untuk melihat kedewasaan suatu negara, seperti halnya yang terjadi pada manusia? Ternyata tidak bisa. Buktinya ada di sekeliling kita. Dari jaman kita masih SD sampai sekarang kita sudah tahu betul bagaimana negeri ini bisa lahir. Sudah tahu betul betapa dulu ada ribuan bahkan jutaan orang yang menjadi bidan kelahiran negeri ini harus mempertaruhkan segalanya. Keringat, darah, dan air mata. Saya dan sampeyan juga sudah sama-sama tahu, mereka tidak pernah digaji untuk melakukan itu. Sebagian orang menyebut itu sebagai pengorbanan, sebagian yang lain menyebutnya sebagai perjuangan. Ada juga yang bilang itu kewajiban. Belakangan ada yang berbisik, itu tindakan yang terpaksa dilakukan karena situasi. Hingga ada seorang anak muda yang hidup pada masa kini berujar dengan ringan, kalau saya hidup di jaman mereka, saya juga pasti akan jadi pejuang. Benar kah? Saya dan sampeyan sama-sama tahu, tidak semua orang mampu melakukan pengorbanan. Tidak semua orang mau menanam benih yang dia tahu belum tentu nanti bisa ikut memanen hasilnya. Dan tanpa terasa negeri ini pun sudah berumur 63 tahun. Dan tanpa terasa pula, para bidan yang telah ikut menangani kelahirannya mulai dilupakan orang. Seolah kemerdekaan itu seperti sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit. Gedebuk..!! Nah..., sekarang coba sekarang sampeyan masukkan keyword "nasib veteran" pada kolom pencarian di situ search engine. Ada banyak entri yang muncul dan bercerita tentang pengorbanan yang terlupakan. Tentang tumpahan keringat, darah, dan air mata yang hanya jadi cerita usang. Tentang betapa pengorbanan itu sudah kalah gemanya dibanding janji-janji yang sibuk diteriakkan para jurkam. Juga tentang betapa negara lebih suka membiyai acara jalan-jalannya para pejabat ketimbang menafkahi para bidan yang telah menangani proses kelahirannya. Kalimat "Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai para pahlawannya" ternyata sudah seperti koran yang terbit tadi pagi. Malam ini sudah jadi pembungkus pisang goreng.
Militer, Hankam.
Otomotif.
Penerbangan, Pariwisata.
Ponsel, Komputer, Seluler, Kamera Digital.
Kotabumi, Lampung Utara.
Maritim, Kapal, Laut.
Resep Memasak, Kuliner
Kesehatan.
Indonesia Tourism and Aviation.
Gambar Kartun.
7 tahun yang lalu